4.17.2012

Kekkon Journal Part 1: Intro...


Persiapan pernikahan kurang dari 6 bulan sebelum hari H bukan waktu yg relatif lama, apalagi untuk acara yang berlangsung pada bulan-bulan yang dianggap “baik”. Aku beri tanda kutip karena menurutku pribadi semua hari atau semua bulan itu baik. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa berurusan dengan orang-orang yang menganut bulan tertentu sebagai bulan baik tidak bisa diabaikan begitu saja.
Tidak ada patokan umum mengenai seberapa ideal waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pernikahan, apalagi biasanya yang agak ribet itu dari pihak keluarga calon mempelai wanita. Ada yang setahun, bahkan ada yang 3 bulan, tergantung bagaimana pesta pernikahan yang diinginkan, apakah menggunakan prosesi adat yang lengkap, atau hanya mengambil acara yang esensial saja. Selain itu tergantung gimana kita menggunakan waktu yang ada supaya bisa cukup tanpa harus terburu-buru sampai ngrepotin banyak orang atau malah terlalu santai. 
Yang aku alami sendiri, rencana untuk menikah sudah ada sejak jauh-jauh hari, tetapi untuk merealisasikannya selama ini belum ada waktu yang pasti. Seiring dengan dinamika hubungan LDR yang aku jalani dengan pasangan, kami memutuskan untuk menikah pada pertengahan 2012 ini dengan banyaaak sekali pertimbangan, apalagi dengan kondisiku yang belum lulus dari program magister profesi yang telah kuambil hampir 3 tahun yang lalu (oops!). Mudah-mudahan hal ini merupakan keputusan terbaik yang kami ambil, mendapat ridho dari Allah SWT, diberi kemudahan dan kelancaran dalam proses persiapan, saat hari H dan yang terpenting setelah hari H.  Aamiin…
Kalau mendengar pengalaman teman-teman yang sudah melewati hari bersejarah mereka, pasti ada aja tantangannya, tak jarang tantangan-tantangan tersebut membuat stres. Tantangan itu ga cuma datang dari pihak keluarga inti, tapi juga dari orang-orang di sekitar yang terlalu usil. Pernah lho aku dan calon suami ketemu orang dan waktu dia tau kami akan menikah dia bertanya, “Sudah stress?” Nah! Ga salah kan kalau ada istilah prewedding syndrome :D
Dari yang aku alami selama mempersiapkan hari H ini, penyebab stress bukan hanya karena saking banyaknya hal yang diurusin, tetapi juga karena konflik yang muncul akibat perbedaan pendapat antara keinginan pribadi dengan keinginan orangtua. Kalau sudah begini mau ga mau harus sabar dan ngalah, secara orangtua sebagai penyelenggara dan yang punya duit tentunya *sigh
Yaah.. bagaimanapun juga, karena pernikahan adalah sesuatu hal yang membahagiakan, harusnya proses yang dilalui masih tetep bisa dibikin menyenangkan bukan?