4.02.2011

What a Life!


Orang jaman dulu bilang *ya engga dulu-dulu banget sih :P*... untuk jadi orangtua itu engga ada sekolahnya, Catherine-Zeta Jones dalam No Reservation pun berharap andai hidup itu ada resepnya...
Intinya, dalam menjalani hidup itu pasti akan berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Tetapi juga bukan berarti tinggal menjalani apa adanya tanpa pedoman, at least kita punya perbekalan berupa pengetahuan atau gambaran tentang seperti apakah hidup yang akan kita lalui ke depan, lebih bagus lagi kita bisa belajar dari pengalaman. Lagi-lagi engga harus kita sendiri yang mengalami, kita masih bisa belajar dari pengalaman hidup orang lain kok..termasuk dalam membina rumah tangga, misalnya belajar dari pengalaman berikut ini..

Seorang istri berusia 41 tahun, suaminya 36 tahun. Keduanya berencana untuk punya anak lagi..
“Ibu kerja apa?”
“Ya ibu rumah tangga biasa, mbak.”
“Kalau suaminya?”
“Ya serabutan, apa yang ada ya itu yang dijalani.”
“Sekarang ibu sudah punya anak berapa?”
“Dua, mbak. Laki-laki semua. Yang pertama umur 20 tahun, yang kedua umur 17 tahun.”
“Trus ibu pengen punya anak perempuan, begitu?”
“Hehehehe...maunya sih begitu kalau dikasih. Makanya saya minta tes kesuburan..”

Si suami sudah pergi duluan karena engga sabar nungguin si istri di ruang konsultasi, si istri pun diberi psikoedukasi bahwa usianya menjadi faktor utama kehamilan yang berisiko tinggi, belum lagi kalau punya anak lagi juga butuh biaya yang engga sedikit padahal kerjaan suaminya serabutan. Tapi si istri ini bilang “iya” dengan muka bengong.. *Bu, mudheng ga sih sama omongan saya?*

Setelah dirunut-nut-nut, kedua suami istri itu menikah karena dijodohkan oleh orangtua mereka *oke*, hingga saat ini biaya hidup mereka masih ditanggung orangtua *oh no!*. belum lagi anak yang pertama  pengangguran dan yang kedua masih duduk di bangku SMP dengan umur sekian karena sering bolos sekolah *chotto matte yo!*, dan alasan ingin punya anak lagi adalah supaya ada yang menemani si istri bekerja di dapur *wew*..

Mungkin kelihatannya mustahil bin mustajab :D, tapi inilah realita yang terjadi di masyarakat. Dan banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman ini. Antara lain, kalau punya rencana ya harus berpikir panjang dan dikomunikasikan secara baik-baik dengan pasangan. Daripada punya anak lagi, mbok ya anak yang ada ini dididik yang bener, bagaimanapun anak adalah titipan. Yang pengangguran dikasih motivasi biar cepet dapet kerja, adiknya juga diperhatikan biar engga bolosan.  Kalo dipikir-pikir, tugas orangtua kok sepertinya berat yaa..*kalo gitu engga usah dipikir aja, hehe...*
Kesimpulan yang bisa aku ambil, jadi orangtua juga perlu kesiapan. Bukan cuma kesiapan materi, tapi juga kesiapan mental. Sekali lagi, karena engga ada pelajaran di sekolah soal bagaimana menjadi orangtua yang baik. Berat engga-nya ya relatif, kalau semua hal diniatkan untuk ibadah dan ikhlas, Insya Allah akan dimudahkan :)

Related Posts:

  • Birthday BlastHari lahir saya sudah lewat lebih dari seminggu yang lalu, ini adalah ulang tahun ketiga saya selama di Jogja, masing-masing punya cerita berbeda. Mun… Read More
  • Setahun Erupsi MerapiSekitar setahun yang lalu, antara bulan Oktober-Nopember masyarakat Jogja dibuat sibuk, cemas, dan mungkin beberapa diantaranya berduka karena erupsi … Read More
  • Kekkon Journal Part 3 Hohoho… awalnya kukira hari-hari menjelang pernikahan ada waktu luang untuk menulis kekkon journal, ternyata malah mangkrak :P daripada ga dilan… Read More
  • 2011: Pain and PleasureMumpung momennya masih awal pergantian tahun dari 2011 ke 2012, saya mau sedikit kilas balik peristiwa yang terjadi pada 2011, baik yang menyakitkan m… Read More
  • Women's Talk              Ga tua, ga muda. Kalo cewek-cewek pada ngumpul, topik pembicaraannya ya… Read More

0 comments:

Posting Komentar