September
lalu aku beli syal KaLu (katun lurik) waktu beli kain tenun titipan ibu mertua
di Malioboro Mall Yogyakarta. Setelah dibeli dan dicoba sebagai kerudung, bagus
juga ternyata, jadi pengen beli lagi :D tapi karena pameran pasti hanya sampai
batas waktu tertentu. Dari brosur yang kuambil, aku langsung cari akun
Facebooknya dan langsung add as a friend supaya update ketika dia mengadakan
atau bergabung di event tertentu. Pucuk dicita ulam tiba, KaLu mengikuti event
Pasar Indonesia di JCC Senayan pada hari ketika aku juga berencana ke Jakarta.
Ibu mertua ikut bersemangat mendengar berita ini :D
Aku pun
tiba di Jakarta 6 Oktober subuh, sarapan lalu istirahat, mandi terus capcus ke
JCC. Ternyata di sana ada beberapa pameran yang diadakan selain Indocraft dan
Pasar Indonesia, seperti embroidery
festival dan pameran finansial (yang jelas aku ngga berminat mengunjungi
yang terakhir ini :P). Nah, yang kami tuju pertama kali adalah Indocraft yang
didominasi oleh kain batik dari berbagai penjuru Indonesia, tiap stand yang
berdekatan dikelompokkan dalam propinsi yang sama, tinggal pilih mau lihat atau
beli batik dari daerah mana. Aku menemani ibu mertua berkeliling dan sempat
agak lama berhenti di satu stand, ah aku lupa batik daerah mana, kain yang
ditawarkan berkisar mulai 100.000 hingga jutaan Rupiah, wew… setelah gagal
tawar menawar dengan penjualnya, kami pun beranjak dari sana.
Keluar
dari Indocraft, kami dipersuasi ditawari oleh penjaga stand majalah Martha
Stewart Living untuk mengikuti workshop gratis di salah satu ruangan. Kebetulan
ibu mertua juga sering membeli majalah tersebut. Jelas ini sangat dadakan dan
dimulainya workshop sekitar 10-15 menit lagi. Kami melongok ke dalam, peserta
juga belum terlalu banyak. Bingung juga workshopnya ini tentang apa. Akhirnya
kami memutuskan bergabung (mumpung gretongan), dan suami terpaksa mengungsi
ke tempat lain untuk “membunuh” waktu. Aha… ternyata kami diajari step by step mengaplikasikan siluet di atas tote bag. Dan uniknya, siluet yang dipakai
adalah siluet masing-masing peserta. Jadi setiap peserta yang ikut difoto dulu
dari arah samping (kalo bawa papan nama udah berasa tahanan aja kali ya) lalu
ditransfer ke laptop untuk dicetak di kertas HVS. Bahan dan alat yang
dibutuhkan ada freezer paper, cat poster, spons, cutter, pensil. Caranya dengan
menjiplak foto kita tadi di atas freezer paper, sisinya dipotong menggunakan
cutter, lalu potongan luar siluet tersebut ditempel ke tote bag dengan cara
menyetrikanya, terakhir menepuk-nepukkan cat poster yang ditambah sedikit air
menggunakan spons. Kemudian tunggu hingga mengering dan mulai bisa menjahit
sisi-sisi tas. Kalau ngga suka memakai siluet diri kita sendiri, bisa juga
diganti dengan siluet binatang-binatang lucu misalnya anjing, kucing, kelinci,
atau… siluet anak kecil yang rambutnya diikat ekor kuda lucu juga lho.
Aku
sendiri merasa senang mengikuti kegiatan semacam ini, walaupun sedikit kurang
puas dengan hasil pengecatan yang mbleber (maaf aku ngga menemukan kata yang
lebih tepat untuk mendeskripsikannya), bisa jadi karena penyetrikaan yang
kurang panas dan rapi, atau juga karena pencampuran air yang terlalu banyak
pada cat poster. Tapi lumayan lah at least tahu cara pembuatannya dan bisa mengulang
kembali proses tersebut, Insya Allah..
Ini dia
hasil prakaryaku.. berhubung dari jauh jadi ngga begitu kelihatan bagian yang
mbleber..
mau bikin hidung kita lebih mancung atau bulu mata lebih lentik? bisa banget! :D |
Selesai
dengan workshop dadakan ini, kembali ke misi awal dong untuk mencari stand KaLu
di Pasar Indonesia. Eiiitss,,, sebelumnya musti isi perut dulu karena sudah
memasuki jam makan siang. Tak perlu jauh-jauh, di dalam gedung sudah disediakan
aneka masakan nusantara, mulai nasi goreng, sate ayam ponorogo, rujak cingur,
rujak manis, gudeg, pempek dan masih banyak lainnya. Menggiurkan bukan? Di antara sekian banyak,
ibu mertua memilih nasi goreng yang penyajiannya lebih cepat dan tempatnya yang
paling terjangkau, mengingat antrean panjang dimana-mana. Rasanya? Menurutku
so-so. Sebenarnya kalau mau lebih murah bisa mencari di luar gedung seperti
yang dilakukan suamiku, hmm ya berhubung perut ini sudah protes minta diisi
terpaksa memilih yang dekat.
Akhirnya
kami sampai juga di Pasar Indonesia, dari segi tempat dan layout lebih terlihat
berkelas dibandingkan pameran Indocraft. Barang yang dijual pun lebih beragam.
Selain bermacam-macam kain khas Indonesia seperti batik, tenun, dan songket, beberapa
juga menjual baju yang sudah jadi, tas etnik, kerajinan, aksesoris, fashion
items berbahan kulit asli, pun jajanan/snack khas Indonesia dari beberapa
daerah. Sambil menunggu mertua yang tertahan di satu tenant karena terjadi
tawar-menawar yang cukup alot, aku jalan-jalan sendiri tapi tidak terlalu jauh,
melihat-lihat barang yang akhirnya hanya membuatku lapar mata *sigh.. ada
kalung-kalung etnik, lace dress dengan warna pastel, bolero dari
songket yang keren abis, cropped jacket berbahan batik. Judulnya: diriku
tergoda! Karena basically aku emang betah di tempat yang menjual barang-barang
etnik sih. Tapi mengingat belum ada anggaran untuk beli barang-barang ini ya
sudah ditahan dulu mupengnya, cuma bisa berharap ada event lagi seperti ini pas
aku ada rejeki lebih hehe..
Akhirnya
ketemu juga stand KaLu yang kami cari, dan cukup kaget karena barang di rak
untuk display sudah tinggal sedikit, pengunjung yang sedang memilih dan menawar
di situ pun masih betah berlama-lama. Aku langsung mengincar syal-syal yang
diletakkan begitu saja di bawah, terutama warna-warna netral, ibu mertua juga
memilih beberapa syal dan satu kain lurik motif jarum kecer berwarna kuning.
Ini dia hasil perburuanku, yang dua di kiri di Pasar Indonesia, paling kanan
itu yang pertama kali kubeli.
maaf kalau kualitas gambar kurang bagus, dari kamera untuk whatsapp sih :P |
Sebenarnya
masih kurang puas dengan menipisnya stok, walaupun penjualnya menjanjikan akan
mendatangkan barang lagi dari Jogja untuk pameran keesokan harinya, yah untuk
ukuran Jakarta yang kemana-mana jadi jauh karena macet, bikin males deh ke situ
lagi.
Setelah
berkeliling dari siang sampai sore di JCC Senayan hari itu, aku jadi
berkesimpulan bahwa kain buatan Indonesia itu cantik-cantik. Memang harganya
cukup mahal, tapi kurasa itu setara dengan bahan dan proses pembuatan yang
rumit. Agak heran aja dengan orang Indonesia yang gampang banget belanja baju
di luar negeri, nanti kalau produk negaranya diklaim baru protes habis-habisan,
menuduh negara tersebut maling dan sebagainya. Kalau bukan kita sendiri yang
melindungi hasil karya negara kita, siapa lagi?
hasil perburuan lain: bros batu alam kalimantan yang dipasang di atas syal KaLu, cantik ya? :) |