11.08.2012

Dari Indocraft sampai Pasar Indonesia


September lalu aku beli syal KaLu (katun lurik) waktu beli kain tenun titipan ibu mertua di Malioboro Mall Yogyakarta. Setelah dibeli dan dicoba sebagai kerudung, bagus juga ternyata, jadi pengen beli lagi :D tapi karena pameran pasti hanya sampai batas waktu tertentu. Dari brosur yang kuambil, aku langsung cari akun Facebooknya dan langsung add as a friend supaya update ketika dia mengadakan atau bergabung di event tertentu. Pucuk dicita ulam tiba, KaLu mengikuti event Pasar Indonesia di JCC Senayan pada hari ketika aku juga berencana ke Jakarta. Ibu mertua ikut bersemangat mendengar berita ini :D
Aku pun tiba di Jakarta 6 Oktober subuh, sarapan lalu istirahat, mandi terus capcus ke JCC. Ternyata di sana ada beberapa pameran yang diadakan selain Indocraft dan Pasar Indonesia, seperti embroidery festival dan pameran finansial (yang jelas aku ngga berminat mengunjungi yang terakhir ini :P). Nah, yang kami tuju pertama kali adalah Indocraft yang didominasi oleh kain batik dari berbagai penjuru Indonesia, tiap stand yang berdekatan dikelompokkan dalam propinsi yang sama, tinggal pilih mau lihat atau beli batik dari daerah mana. Aku menemani ibu mertua berkeliling dan sempat agak lama berhenti di satu stand, ah aku lupa batik daerah mana, kain yang ditawarkan berkisar mulai 100.000 hingga jutaan Rupiah, wew… setelah gagal tawar menawar dengan penjualnya, kami pun beranjak dari sana.
Keluar dari Indocraft, kami dipersuasi ditawari oleh penjaga stand majalah Martha Stewart Living untuk mengikuti workshop gratis di salah satu ruangan. Kebetulan ibu mertua juga sering membeli majalah tersebut. Jelas ini sangat dadakan dan dimulainya workshop sekitar 10-15 menit lagi. Kami melongok ke dalam, peserta juga belum terlalu banyak. Bingung juga workshopnya ini tentang apa. Akhirnya kami memutuskan bergabung (mumpung gretongan), dan suami terpaksa mengungsi ke tempat lain untuk “membunuh” waktu. Aha… ternyata kami diajari step by step mengaplikasikan siluet di atas tote bag. Dan uniknya, siluet yang dipakai adalah siluet masing-masing peserta. Jadi setiap peserta yang ikut difoto dulu dari arah samping (kalo bawa papan nama udah berasa tahanan aja kali ya) lalu ditransfer ke laptop untuk dicetak di kertas HVS. Bahan dan alat yang dibutuhkan ada freezer paper, cat poster, spons, cutter, pensil. Caranya dengan menjiplak foto kita tadi di atas freezer paper, sisinya dipotong menggunakan cutter, lalu potongan luar siluet tersebut ditempel ke tote bag dengan cara menyetrikanya, terakhir menepuk-nepukkan cat poster yang ditambah sedikit air menggunakan spons. Kemudian tunggu hingga mengering dan mulai bisa menjahit sisi-sisi tas. Kalau ngga suka memakai siluet diri kita sendiri, bisa juga diganti dengan siluet binatang-binatang lucu misalnya anjing, kucing, kelinci, atau… siluet anak kecil yang rambutnya diikat ekor kuda lucu juga lho.
Aku sendiri merasa senang mengikuti kegiatan semacam ini, walaupun sedikit kurang puas dengan hasil pengecatan yang mbleber (maaf aku ngga menemukan kata yang lebih tepat untuk mendeskripsikannya), bisa jadi karena penyetrikaan yang kurang panas dan rapi, atau juga karena pencampuran air yang terlalu banyak pada cat poster. Tapi lumayan lah at least tahu cara pembuatannya dan bisa mengulang kembali proses tersebut, Insya Allah..
Ini dia hasil prakaryaku.. berhubung dari jauh jadi ngga begitu kelihatan bagian yang mbleber..

mau bikin hidung kita lebih mancung atau bulu mata lebih lentik? bisa banget! :D
Selesai dengan workshop dadakan ini, kembali ke misi awal dong untuk mencari stand KaLu di Pasar Indonesia. Eiiitss,,, sebelumnya musti isi perut dulu karena sudah memasuki jam makan siang. Tak perlu jauh-jauh, di dalam gedung sudah disediakan aneka masakan nusantara, mulai nasi goreng, sate ayam ponorogo, rujak cingur, rujak manis, gudeg, pempek dan masih banyak lainnya. Menggiurkan bukan? Di antara sekian banyak, ibu mertua memilih nasi goreng yang penyajiannya lebih cepat dan tempatnya yang paling terjangkau, mengingat antrean panjang dimana-mana. Rasanya? Menurutku so-so. Sebenarnya kalau mau lebih murah bisa mencari di luar gedung seperti yang dilakukan suamiku, hmm ya berhubung perut ini sudah protes minta diisi terpaksa memilih yang dekat.
Akhirnya kami sampai juga di Pasar Indonesia, dari segi tempat dan layout lebih terlihat berkelas dibandingkan pameran Indocraft. Barang yang dijual pun lebih beragam. Selain bermacam-macam kain khas Indonesia seperti batik, tenun, dan songket, beberapa juga menjual baju yang sudah jadi, tas etnik, kerajinan, aksesoris, fashion items berbahan kulit asli, pun jajanan/snack khas Indonesia dari beberapa daerah. Sambil menunggu mertua yang tertahan di satu tenant karena terjadi tawar-menawar yang cukup alot, aku jalan-jalan sendiri tapi tidak terlalu jauh, melihat-lihat barang yang akhirnya hanya membuatku lapar mata *sigh.. ada kalung-kalung etnik, lace dress dengan warna pastel, bolero dari songket yang keren abis, cropped jacket berbahan batik. Judulnya: diriku tergoda! Karena basically aku emang betah di tempat yang menjual barang-barang etnik sih. Tapi mengingat belum ada anggaran untuk beli barang-barang ini ya sudah ditahan dulu mupengnya, cuma bisa berharap ada event lagi seperti ini pas aku ada rejeki lebih hehe..
Akhirnya ketemu juga stand KaLu yang kami cari, dan cukup kaget karena barang di rak untuk display sudah tinggal sedikit, pengunjung yang sedang memilih dan menawar di situ pun masih betah berlama-lama. Aku langsung mengincar syal-syal yang diletakkan begitu saja di bawah, terutama warna-warna netral, ibu mertua juga memilih beberapa syal dan satu kain lurik motif jarum kecer berwarna kuning. Ini dia hasil perburuanku, yang dua di kiri di Pasar Indonesia, paling kanan itu yang pertama kali kubeli.

maaf kalau kualitas gambar kurang bagus, dari kamera untuk whatsapp sih :P
Sebenarnya masih kurang puas dengan menipisnya stok, walaupun penjualnya menjanjikan akan mendatangkan barang lagi dari Jogja untuk pameran keesokan harinya, yah untuk ukuran Jakarta yang kemana-mana jadi jauh karena macet, bikin males deh ke situ lagi.
Setelah berkeliling dari siang sampai sore di JCC Senayan hari itu, aku jadi berkesimpulan bahwa kain buatan Indonesia itu cantik-cantik. Memang harganya cukup mahal, tapi kurasa itu setara dengan bahan dan proses pembuatan yang rumit. Agak heran aja dengan orang Indonesia yang gampang banget belanja baju di luar negeri, nanti kalau produk negaranya diklaim baru protes habis-habisan, menuduh negara tersebut maling dan sebagainya. Kalau bukan kita sendiri yang melindungi hasil karya negara kita, siapa lagi?
hasil perburuan lain: bros batu alam kalimantan yang dipasang di atas syal KaLu, cantik ya? :)