9.19.2012

Kekkon Journal Part 4: Antara Mitos dan Fakta


Masih segar dalam ingatan, menjelang hari H pernikahan kami dikelilingi oleh sejumlah “nasihat” yang hmm… bikin serba salah. Kalau diturutin kok ya aneh, kalau ga diturutin nanti dipersalahkan misalnya terjadi apa-apa.
Pertama, soal hari baik. Dari jaman kakakku menikah tahun 2006 yang lalu, kedua orangtua dan kakakku tidak “menganut” kepercayaan tentang hari baik. Mereka langsung menentukan tanggal untuk akad nikah, resepsi, dan ngunduh mantu tanpa ba-bi-bu, pokoknya tanggal sekian. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Ternyata pada saat aku akan menikah, masih ada saudara yang menawarkan diri untuk mencarikan hari baik bagi kami, padahal mereka tahu sendiri keluarga intiku berpedoman bahwa semua hari adalah baik, karena Allah SWT yang menciptakannya. Bukankah Allah itu sesuai dengan prasangka kita?
Kedua soal pingitan. Tradisi pingitan ini entah dari mana asal muasalnya, yang aku tahu beberapa orang berbeda-beda pendapatnya mengenai berapa hari calon pengantin dipingit. Ada yang 40 hari, 30 hari, bahkan seminggu sebelum hari H. Setelah sharing dengan salah satu teman dekat, ternyata dia sampai H-1 masih sibuk mengurus tetek bengek bersama calon suaminya, dan toh ga kenapa-kenapa juga, acara mereka tetap berjalan dengan lancar. Karena aku pun lebih banyak mengurus ini-itu sendirian, jadi ketika acara di rumah dimulai Kamis, pada hari Senin aku masih fitting baju untuk resepsi hari Sabtunya. Sempat ngeri juga kalau denger cerita ada calon pengantin yang pergi-pergi menjelang hari H terus mengalami kecelakaan :’( yah, intinya banyak-banyak berdoa dan selalu berhati-hati, menjaga diri.
Ketiga berhubungan dengan cuaca. Seminggu sebelum hari H pernikahanku memang cuacanya ga bisa ditebak, kadang paginya cerah lalu siang tiba-tiba mendung, bahkan sempat hujan. Lalu ada orang yang menyarankan supaya nanti ketika aku menjalani rentetan acara tidak usah mandi dan keramas supaya ga hujan. Nah, apa hubungannya coba? Ga masuk akal kan? Lagipula, apa tahan tuh keringetan terus ga mandi, kasihan dong suamiku :D Mama juga pernah cerita kalau ada orang yang percaya bahwa cara untuk menghalau hujan ketika mengadakan hajat adalah dengan menaruh (maaf) celana dalam di atas tenda, ewwww....
Ujung-ujungnya, kami mengembalikan semuanya ke pencipta dan penguasa alam semesta yaitu Allah SWT. Mama menyarankan supaya kami sekeluarga membaca surat Al-Lahab setiap selesai sholat fardhu, dan berdoa memohon diberikan kelancaran. Bagaimanapun juga manusia tidak dapat melawan hukum alam. Kalau pada saat itu memang terjadi hujan, ya kita hanya bisa berdoa agar sementara dijauhkan dulu dari hujan.
Alhamdulillah, pelaksanaan semua acara dari awal hingga akhir berjalan dengan lancar, aku bisa tetap mandi dan keramas seperti biasanya tanpa khawatir akan hujan, dan memang terbukti cuaca cerah terus menerus pada waktu itu.
Mungkin kamu pernah punya pengalaman dengan mitos seperti ini juga atau ada yang lain? Boleh di-share lho.

3 komentar:

  1. Mitos di tempatku juga gitu Kuntii. Hihii. Biar dipawang kalo hujan mau turun ya turun aja dah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. lempar celdam ke genting. Tusuk cabe n bawang di sapu lidi tancem ke tanah

      Hapus
  2. @khuma: yak tuuulll.. ada lho yg dah pake pawang tp malah ujan deresss

    @lel: wah, yg kedua baru kali ini aku denger

    BalasHapus