10.19.2011

Caffeine Here... Caffeine There...

Coffee...
Chocolate...
Tea...
I love all of 'em 


Dark chocolate yang paling enak buat saya, manis dan pahitnya pas. Khusus camomile tea itu caffeine-free

I'm addicted to you, milk chocolate with hazelnut


Cinnamon chocolate bar from Toko Botani IPB, dark chocolate 72%, dark chocolate with orange peels

Kopi Bali Kintamani & Green Tea Sencha from Toko Botani IPB
My 1st Twinnings :)

10.08.2011

10.05.2011

10.02.2011

Birthday Blast

Hari lahir saya sudah lewat lebih dari seminggu yang lalu, ini adalah ulang tahun ketiga saya selama di Jogja, masing-masing punya cerita berbeda. Mungkin tidak terlalu istimewa karena tidak dirayakan di rumah makan mewah atau diberi kejutan di kos oleh teman-teman ataupun kehadiran kekasih, tapi bagi saya semuanya berkesan.


Untuk tahun ini saya memang menginginkan sesuatu yang berbeda. Saya mengatur supaya tanggal lahir saya di social media hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu saja. Bukannya saya ngga pengen dikasih ucapan selamat atau ngga pengen didoain yang bagus-bagus, atau malah karena ngga pengen dimintai traktiran. Bukan itu. Saya pengen tahu apakah teman-teman yang saya anggap dekat masih ingat tanggal lahir saya tanpa diingatkan oleh social media. Kalaupun tak ingat, it can’t be helped.. Misal ada yang benar-benar ingat, pastinya ucapan itu menurut saya akan lebih bermakna, lebih tulus tanpa basa basi. Kalau ada yang tidak sependapat dengan saya, it’s ok.. nyatanya saya justru mendapat lebih banyak ucapan lewat SMS, dan satu-satunya SMS yang saya terima tengah malam hanya dari pusat informasi Psikologi UGM :D

Ada yang “unik” dari ultah saya tahun ini, unik diberi tanda kutip ini karena memang ga biasa, malah cenderung sepi-sepi saja, hehe… waktu itu pagi-pagi saya ditelpon mama, lalu ada nomor lain yang masuk, saya pun minta ijin untuk menerima telpon yang satunya lagi. Ternyata di depan kos sudah ada kurir yang mengantar kardus kue besar. Dari tutupnya yang bening saya bisa melihat sebuah tiramisu dengan tulisan Selamat Ulang Tahun Sayang di atasnya, aww… jadi malu sama kurirnya nih :”)
Saya lihat jam di ponsel, bahkan ini belum pukul 6, jam pengiriman kue yang ngga biasa, hehe.. Bahkan saking “sakral”nya tiramisu ini, saya sudah dikirimi pesan beberapa kali yang menanyakan apakah tiramisunya enak, saya jawab “Sabar ya, masih di kulkas, ntar mandi dulu biar bersih dan wangi baru ngicipin tiramisu.” Mungkin yang disana sudah gelisah menunggu live report dari saya :p
Taraa…! Sebelum kardus dibuka, saya potret dulu dari berbagai sisi. Dan tiramisunya enaaak, saya langsung semangat menghabiskan dua potong, walaupun pengennya potongan pertama buat yang ngirimin tiramisu ini T.T
Karena ngga mungkin menghabiskannya sendirian, saya bagikan ke beberapa teman kos, dan menawari teman kampus untuk main ke kos.




Lalu saya ingat kalau hari itu saya “dipingit”, maksudnya ngga boleh keluar kemana-mana, nunggu surprise yang kedua. Sampai sore, sampai saya ngantuk ditahan-tahan, sampai saya bosen ngenet, surprise yang kedua ini tak kunjung datang. Ohlala ternyata….baru datang esok harinya. Alhasil saya hari itu jadi ngga produktif deh. Demo na.. daijoubu desu, isinya setara dengan menunggunya, hehe…




Birthday wishes?? Ah,, itu biar saya dan Tuhan yang tahu. Saya hanya perlu lebih banyak bersyukur, saya diberi sehat, diberi teman-teman dan kekasih yang perhatian, dan keluarga yang utuh :)

10.01.2011

Women's Talk

              Ga tua, ga muda. Kalo cewek-cewek pada ngumpul, topik pembicaraannya ya itu-itu aja. Cowok, relationship, gosip. Walaupun itu-itu aja, tapi toh ga pernah bosen diomongin. Meskipun bagi teman-teman saya tergolong pendiam, tapi ga munafik ah, saya juga ngelakuin itu kok. Tetapi pernah sekali waktu saya di tempat praktik, maksud hati sih mengakrabkan diri dengan pegawai yang lain, yang terjadi akhirnya saya malah memaksakan senyum. Memang usia mereka di atas saya, sudah berkeluarga, wajar saja yang diomongin soal peralatan rumah tangga, eh kemudian berubah topik ngomongin orang lain yang saya ga kenal dan ga tau wujudnya. Ngok! Saya berasa alien, jadi kemudian saya memilih mundur teratur. Mau diomongin sebagai calon psikolog yang sombong atau ga bergaul ya terserah.

            Nah, apalagi kalau cewek-cewek ini segerombolan mahasiswa psikologi ya, “ritual” itu ditambah dengan observasi dan menganalisis. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, saya makan berempat  di tempat makan yang mengusung konsep Go Green, mulai dari tempat yang banyak tanaman, pemesanan tanpa kertas (pakai PDA), sampai pengemasan yang meminimalisir penggunaan plastik (untuk yang dibungkus). Kami memilih tempat di lantai 2 yang agak sepi. Yang satu sibuk nyeritain gebetan brondongnya sampai buku menu dianggurin gitu aja, yang satu lagi euphoria blogging jadinya serius ngadepin notebooknya, yang satu lagi ngemil topping cupcake yang tebelnya amit-amit, saya sebagai outsider (maksudnya jarang ngumpul sama mereka :p) asik-asik aja dengerin cerita tentang brondong. Sambil ngobrol ini itu, pesan makanan ini itu, ngetwit ini itu.

            Cerita brondong udah selesai, sasaran berikutnya adalah empat orang cewek yang duduk di meja sebelah kami. Kenapa mereka akhirnya jadi sasaran? Awalnya kami terganggu banget karena salah satu dari mereka yang selesai makan langsung ngerokok dan arah angin sedang tidak bersahabat, alhasil asap rokok itu mengarah ke kami yang sedang menikmati makanan. Kegiatan observasi-analisis pun dimulai. Dari pengamatan kami yang ga penting dan agak kurang kerjaan itu didapatkan kesimpulan yang belum tentu valid karena tidak dilengkapi dengan autoanamnesa, haha.. singkat kata, cewek itu hanya korban pergaulan semata, yang ngerokok karena pengen dianggep gaul, bukan karena kebutuhan. Kami pun mengomentari wajahnya yang kusam (salah satu efek rokok tadi), gaya ngomongnya pake “lo-gue” tapi pengucapannya sampe kaya kecekik gitu. Padahal ya, belum tentu juga dia berasal dari Jakarta, yang asli Jakarta aja mungkin ga segitunya.

            Sasaran kemudian berpindah karena salah satu dari kami mendengar dan (kebetulan) melihat sepasang cowok-cewek duduk berhadapan dan cowoknya bilang “Kita putus aja gimana?”
Ouchh….Kemudian kami mengamati gesture si cowok yang menunjukkan tanda-tanda kecemasan, makanan-makanan yang tak lagi disentuh, si cewek yang hanya diam dan menunduk.. Daaan.. sayang sekali sodara-sodara, kegiatan ini musti dihentikan karena si cewek yang notabene membelakangi kami itu menoleh, hehehe… lalu mereka berdua memutuskan pergi. Memang bukan salah mereka kalau memilih ketemuan di tempat makan (“daripada diputusin lewat telpon”, kata seorang dari kami ;p), tapi bukan salah kami juga karena keberadaan mereka yang cukup menarik perhatian kami yang kurang kerjaan ini :D

             Karena “kegiatan” semacam ini hanya dilakukan oleh cewek, maka hanya bisa dimengerti oleh cewek :D