10.01.2011

Women's Talk

              Ga tua, ga muda. Kalo cewek-cewek pada ngumpul, topik pembicaraannya ya itu-itu aja. Cowok, relationship, gosip. Walaupun itu-itu aja, tapi toh ga pernah bosen diomongin. Meskipun bagi teman-teman saya tergolong pendiam, tapi ga munafik ah, saya juga ngelakuin itu kok. Tetapi pernah sekali waktu saya di tempat praktik, maksud hati sih mengakrabkan diri dengan pegawai yang lain, yang terjadi akhirnya saya malah memaksakan senyum. Memang usia mereka di atas saya, sudah berkeluarga, wajar saja yang diomongin soal peralatan rumah tangga, eh kemudian berubah topik ngomongin orang lain yang saya ga kenal dan ga tau wujudnya. Ngok! Saya berasa alien, jadi kemudian saya memilih mundur teratur. Mau diomongin sebagai calon psikolog yang sombong atau ga bergaul ya terserah.

            Nah, apalagi kalau cewek-cewek ini segerombolan mahasiswa psikologi ya, “ritual” itu ditambah dengan observasi dan menganalisis. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, saya makan berempat  di tempat makan yang mengusung konsep Go Green, mulai dari tempat yang banyak tanaman, pemesanan tanpa kertas (pakai PDA), sampai pengemasan yang meminimalisir penggunaan plastik (untuk yang dibungkus). Kami memilih tempat di lantai 2 yang agak sepi. Yang satu sibuk nyeritain gebetan brondongnya sampai buku menu dianggurin gitu aja, yang satu lagi euphoria blogging jadinya serius ngadepin notebooknya, yang satu lagi ngemil topping cupcake yang tebelnya amit-amit, saya sebagai outsider (maksudnya jarang ngumpul sama mereka :p) asik-asik aja dengerin cerita tentang brondong. Sambil ngobrol ini itu, pesan makanan ini itu, ngetwit ini itu.

            Cerita brondong udah selesai, sasaran berikutnya adalah empat orang cewek yang duduk di meja sebelah kami. Kenapa mereka akhirnya jadi sasaran? Awalnya kami terganggu banget karena salah satu dari mereka yang selesai makan langsung ngerokok dan arah angin sedang tidak bersahabat, alhasil asap rokok itu mengarah ke kami yang sedang menikmati makanan. Kegiatan observasi-analisis pun dimulai. Dari pengamatan kami yang ga penting dan agak kurang kerjaan itu didapatkan kesimpulan yang belum tentu valid karena tidak dilengkapi dengan autoanamnesa, haha.. singkat kata, cewek itu hanya korban pergaulan semata, yang ngerokok karena pengen dianggep gaul, bukan karena kebutuhan. Kami pun mengomentari wajahnya yang kusam (salah satu efek rokok tadi), gaya ngomongnya pake “lo-gue” tapi pengucapannya sampe kaya kecekik gitu. Padahal ya, belum tentu juga dia berasal dari Jakarta, yang asli Jakarta aja mungkin ga segitunya.

            Sasaran kemudian berpindah karena salah satu dari kami mendengar dan (kebetulan) melihat sepasang cowok-cewek duduk berhadapan dan cowoknya bilang “Kita putus aja gimana?”
Ouchh….Kemudian kami mengamati gesture si cowok yang menunjukkan tanda-tanda kecemasan, makanan-makanan yang tak lagi disentuh, si cewek yang hanya diam dan menunduk.. Daaan.. sayang sekali sodara-sodara, kegiatan ini musti dihentikan karena si cewek yang notabene membelakangi kami itu menoleh, hehehe… lalu mereka berdua memutuskan pergi. Memang bukan salah mereka kalau memilih ketemuan di tempat makan (“daripada diputusin lewat telpon”, kata seorang dari kami ;p), tapi bukan salah kami juga karena keberadaan mereka yang cukup menarik perhatian kami yang kurang kerjaan ini :D

             Karena “kegiatan” semacam ini hanya dilakukan oleh cewek, maka hanya bisa dimengerti oleh cewek :D

2 komentar:

  1. Hahahahahah.... Aku tau tempatnya!!!!! =D
    Dan...dan...dannn.... sapa tu yang lg gandrung blogging?

    BalasHapus
  2. hahaha... iya lah, ojo sampe ga ngerti :D
    itu tuuh,, di blogrollku yg ketiga dari atas ;)

    BalasHapus