4.02.2011

変身, Desire, Transpersonal


Yeah,,,, saya memang perempuan, usia 27 pula, tapi rasanya ini bukan jadi halangan untuk setia menonton serial TV jepun yang namanya kamen rider :D (sampai2 temen2 kuliah pada bilang kalo engga masang status berbau kamen rider artinya saya lagi stress, hahaha… aja2 ada :P)
Kalo ditanya kenapa saya suka kamen rider, jawabannya cukup simpel kok. Kamen rider bukan serial yang isinya adegan gebuk-gebukan dengan monster yang jelek (emang ada monster cakep?), tapi juga ada pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Kalo masalah pemainnya cakep, anggep aja sebagai bonus :D
Kamen rider heisei yang jadi favorit sampe saat ini adalah Kabuto,,, hm.. the perfect one indeed, baik dari segi karakter, armor, maupun gaya bertarung yang elegan bin kakkoi.. *plus mizushima hiro yang bikin klepek2 waktu pake tuxedo putih*

Beberapa waktu yang lalu (tepatnya sebelum masuk mapro…ouwh, satu setengah tahun sudah berlalu ternyata), saya kepikiran nulis review tentang kamen rider heisei mulai kabuto sampe decade dilihat dari beberapa poin, tapi karena kesibukan akhirnya jadi terbengkalai  -__-

It’s ok.. yang penting adalah kali ini saya akan mengulas seri terbaru yaitu Kamen Rider 000 (baca: Os) yang mulai tayang di Jepang sejak September 2010 lalu. Karena saya akan mengulas dari sudut pandang saya pribadi sebagai penonton cewek dan calon Psikolog (amin), jadi memang sengaja engga baca sumber dari mana pun, hihihi… *sersan gitu deh a.k.a serius tapi santai…* >> agak sebel kalo baca animonster, kamen rider masuk kategori B-side alias boys side T_T

Episode pertamanya saja sudah jadi episode yang saya puter berkali-kali. Ada beberapa alasan memang. Pertama, saya heran episode berdurasi 23 menitan itu ceritanya sarat dengan makna dan sangat berbobot, mampu menyajikan alur yang cukup bisa dipahami, tapi juga jadi penentu rasa penasaran terhadap episode berikutnya. Kedua, yang langka adalah momen saat henshin itu ada lagunya *TaToBa,, TaToBa, TaToBa*.. adegan ini beneran bikin ngakak walopun engga sampe guling-guling. Ketiga, wajah pemerannya itu lhoooo, cupu banget! Saya jadi teringat kamen rider den-o yang lugu dan selalu sial itu.

Lanjuuuut,, setelah nonton episode 2, 3, 4, dan seterusnya baru keliatan deh polanya seperti apa…
Karena yang jadi obyek adalah manusia, pastinya juga berlandaskan atas sifat dasar manusia. Sifat manusia yang menonjol di cerita ini adalah manusia yang mempunyai keinginan. Sou desu, engga ada yang salah dengan punya keinginan, untuk survive manusia harus punya keinginan, untuk sukses dia harus punya mimpi. Tapii,, sejauh manakah keinginan ini menguasai manusia. Dakara sa, manusia-manusia yang menjadi sasaran Greed (musuh di serial ini) adalah yang berlebihan dalam memiliki keinginan. Dimana-mana yang namanya berlebihan juga engga baik kan?
Misalnya, episode pertama dan kedua tentang keinginan memiliki harta sampe2 menghalalkan segala cara termasuk mencuri, bahkan sekujur tubuh udah penuh dengan perban pun masih punya keinginan merampok bank.
Episode 3 & 4, tentang manusia yang keinginannya cuma makan, makan, dan makan, kaya engga punya rasa kenyang. Episode 5 & 6, tentang manusia yang hobi shopping branded items mulai sepatu, tas, baju. Sudah beli di toko masih juga beli secara online. Barang yang cacat dikit aja engga mau dipake lagi tapi harus beli baru. Padahal juga masih pake duit ortu. Giliran ortu tiba-tiba bangkrut, dia pun engga tahu harus ngapain lagi. Di episode yang lain ada istri yang suka mukulin suami dan ngelemparin suaminya pake sandal karena si suami ini boros banget. Juga ada peneliti yang punya keinginan untuk merusak dengan cara bikin bom dan mengebom tempat-tempat umum.


Nahh,, kalo dilihat dari sudut pandang psikologi transpersonal, keinginan manusia yang berlebihan semacam itu dinamakan “wanting”. Wanting juga bisa diistilahkan dengan hasrat atau nafsu keinginan. Ada beberapa macam wanting, yaitu:
  1. Wanting to control vs to be controlled (keinginan menguasai dan dikuasai)
  2. Wanting approval (wanting disapproval vs wanting to love)
  3. Wanting security vs wanting to die
  4. Wanting to be separate vs wanting to be one

Bagaimana dengan karakter lakonnya sendiri?
Setiap manusia yang terpilih menjadi kamen rider selalu punya keistimewaan. Karena tema serial ini adalah “desire”, lakon utamanya hampir-hampir engga punya keinginan selain membantu orang lain. Buat dirinya sendiri, yang penting bisa makan, tidur nyenyak, dan ada baju (terutama daleman :P) buat esok harinya. Misal hari ini jadi satpam, dia engga mikir apakah besok dia masih kerja di tempat yang sama ato engga. Karena kebaikan dan kesederhanaannya, ada pemilik kedai yang mau member dia tempat tinggal dan pekerjaan sebagai pelayan di situ. Dia juga punya prinsip yang oke banget, yaitu yang penting bukan apa yang ia ingin lakukan, tapi apa yang sudah ia lakukan. Intinya, lakon ini engga punya wanting, makanya dia jadi manusia terpilih ;)

Kalo dikaitkan dengan tiap episodenya, hampir ada tuh semua wanting. Contoh, kisah suami istri yang berantem itu. Dulunya suami ini seorang fotografer yang terkenal dengan karya yang bagus, tapi karena suatu hal kameranya harus dijual, di sisi lain suami ini juga boros sampe penghasilan istri pun dihabiskan. Istri mana yang engga jengkel dengan keadaan seperti ini? Tetapi istri ini akhirnya ingin mengendalikan (wanting to control) suaminya, bahwa semua hal harus sesuai dengan caranya. Kalo engga, dia akan memukul si suami, bahkan dia akan mengejar kemanapun si suami ini pergi (buat mergokin betapa boros si suami trus dipukulin dan dilemparin sandal -__-). Whoooaahh,, top dog-under dog banget ini!

Contoh lainnya yang hobi belanja itu…. Wanting yang menonjol adalah keinginan untuk diakui. Orangtua kaya raya tapi keliling luar negeri, jadi dia kurang kasih sayang. Akhirnya belanja ini-itu walopun bukan jadi kebutuhannya, karena ingin diakui dan dihargai oleh teman-teman di kampusnya. Kekayaan orangtua yang dibanggakan selama ini malah jadi bumerang, ayahnya pun mengalami kebangkrutan. Oke,, cukup untuk contohnya yaa, kalo dibahas semua engga selesai sehari semalam nih..

Jadi, kalo ditilik dari content-nya, emang terlalu “berat” untuk dikonsumsi anak-anak. Di Jepang sendiri, genre  tokusatsu semacam ini batasan umurnya 13 tahun ke atas. Dan menurut saya pribadi, mending nonton kamen rider daripada nonton sinetron, hahaha… Hmmm… jadi engga sabar menunggu kelanjutan serial ini. Disponsori apple gitu looohh..

Kamen rider? Why not???

Note: karena tiap judul episode terdiri dari 3 kata/frase, begitu pula dengan judul tulisan ini

0 comments:

Posting Komentar